COMBUSTIO
Luka bakar merupakan jenis
luka, kerusakan jaringan
atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang
tinggi, sumber listrik,
bahan kimiawi, cahaya,
radiasi
dan friksi.(id.wikipedia.org)
Luka bakar adalah suatu trauma
yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai
kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
1. Luas luka bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of Nine” yaitu dengan tubuh dianggap 9% yang terjadi antara:
a. Kepala dan leher : 9 %b. Dada dan perut : 18 %c. Punggung hingga pantat : 18 %d. Anggota gerak atas masing-masing : 9 %e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %f. Perineum : 1 %
2. Derajat luka bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Grade I
- Jaringan yang rusak hanya epidermis
- Klinis adanya nyeri, warna kemerahan,
kulit kering
- Test jarum ada hiperalgesia
- Lama sembuh ± 7 hari
- Hasil kulit menjadi normal
b. Grade II
1) Grade II a
- Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar
keringat utuh
- Rasa nyeri warna merah pada lesi
- Adanya cairan pada bula
- Waktu sembuh ± 7 – 14 hari
2) Grade II b
- Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya
kelenjar keringat yang utuh
- Eritema, kadang ada sikatrik
- Waktu sembuh ± 14 - 20 hari
c. Grade III
- Jaringan yang rusak seluruh epidermis
dan dermis
- Kulit kering, kaku, terlihat gosong
- Terasa nyeri karena ujung saraf rusak
- Waktu sembuh > 21 hari
d. Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang
3. Pengelolaan luka bakar
a. Luka bakar ringan
3. ETIOLOGI- Luka bakar grade I dan II luasnya < 15 % pada orang dewasa- Luka bakar grade I dan II luasnya < 10 % pada anak- Luka bakar grade III luasnya < 2 %b. Luka bakar sedang- Luka bakar grade II luasnya 15 – 25 % pada orang dewasa- Luka bakar grade II luasnya 10 – 20 % pada anak- Luka bakar grade II luasnya < 10 %c. Luka bakar berat- Luka bakar grade II luasnya > 25 % pada orang dewasa- Luka bakar grade II luasnya > 20 % pada anak- Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %- Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia, serta persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan komplikasi berat dan menderita DM.
1. Trauma suhu yang berasal dari sumber
panas yang kering (api, logam panas) atau lembab (cairan atau gas panas).
2. Listrik (luka dalam pada daerah luka
bakar masuk dan keluar, dapat menyebabkan henti jantung).
3. Kimia (biasanya terjadi dalam kecelakaan
industry akibat trauma asam atau basa).
4. Radiasi (awalnya dengan kedalaman
sebagian, tetapi dapat berlanjut ke trauma yang lebih dalam).
4. PATOFISIOLOGI
Kulit
dengan luka
bakar akan mengalmi kerusakan pada
dermis, epidermis, maupun jaringan subkutan. Tergantung dari faktor penyebab
dan lamanya kulit kontak dengan
panas, dalamnya luka
bakar akan mempengaruhi dan terjadi kerusakan integeritas kulit dalam kematian
sel. Luka
bakar tidak hanya mengakibatkan kerusakan kulit tapi juga mempengaruhi seluruh
sistem tubuh pasien. Seluruh tubuh meenujukan reaksi perubahan fisiologis
sebagai respon konpensasi terhadap luka bakar, dan pada pasien dengan luka
bakar mayor tubuh tidak mampu lagi untuk mengkonpensasi sehingga timbul berbagi
macam konplikasi.
Respon
kardio vaskuler perpindahan cairan dari intar vaskuler ke ekstra vaskuler
melalui kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air, protein dan
edema jaringan yang diikuti denagn penurunan curah jantung hemo konsentari sel
darah merah, penurunan perpusi pada organ mayor, edema menteluruh, respon
renalis. Dengan menurunnya volume intara vaskuler maka aliran palsma keginjal
akan menurun yang mengakibatkan keluaran urin. Jika resusitasi kebutuhan cairan
untuk intara vaskuler tidak adekuat atau resusitasi cairan terlambat diberikan,
maka akan mengakibatkan terjadinya gagal ginjal, respon gastro intestinal.
Respon umum yang biasa terjadi pada pasin luka bakar >
20 % penurunan aktivitas gastro intestinal, hal ini disebabkan oleh efek
kombinasi hipopolemik dan nerologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukaan luas. Respon imunologi, dibedakan dalam dua kategori yaitu respon barier
mekanik dan respon
imun seluler. Sebagi barier mekanik kulit berfungsi sebagia pertahanan diri
yang pentng dari organisme yang mungkin merusak, terjadinya integritas
kulitakan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
5. PATWAYS
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Umum
a. Nyeri
b. Pembengkakan dan lepuhan
2. Khusus
a. Bukti adanya inhalasi asap (jelaga pada
hidung atau sputum, luka bakar dalam mulut, suara serak).
b. Luka bakar pada mata atau alis
(membutuhkan pemeriksaan oftalmologi sejak awal).
c. Luka bakar sirkumferensial (akan
membutuhkan eskarotomi).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum mendeteksi
ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa
kalium terdapat peniingkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapan menyebabkan henti jantung.
3. Gas gas darah arteri (GDA) dan Sinar X
dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
5. Urinalisis menunjukan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera
inhalasi asap
7. Koagulasi memeriksa factor-faktor
pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar massif
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat
pada cedera inhalasi asap
8. KOMPLIKASI
1.
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial
(luka bakar pada ekstremitas
iskemia ekstremitas, luka bakar toraks hipoksia dari gagal nafas restriktif)
(cegah dengan eskarotomi segera).
2. Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka
bakar luas)
3. Gagal ginjal akut
4. Infeksi (waspadai Streptococcus)
5. Ulkus akibat stress
6. Hipertropi jaringan parut, merupakan
komplikasi kulit yang biasanya dialami pasien yang luak bakar yang sulit
dicegah akan teatpi masih bisa diatasi denagn tindakan tertentu. Terbentuknya
hipertropi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh paktor
berikut, kedalaman luka bakar, sifat kulit, usia pasien, lamanya waktu
penutupan kulit, penanduran kulit. Jaringan parut terbentuk pada 6 bulan post
luka bakar dengan warna merah dan menimbulkan gatal, 12-18 post luka bakar
warna kulit coklat dan teraba keras, jaringan parut mengalami tahap maturasi
dengan warna kulit merah muda dan teraba lembut
7. Kontraktur adalah komplikasi yang
mengganggu fungsi pergerakan. Pemberian posisi yang baik dan benar, ambulasi
dan presure garment merupakan cara yang dapat mengurangi resiko kontraktur.
9. PENATALAKSANAAN
1. Penyembuhan
luka
a. Fase
implamasi adalah fase yang terjadi 3-4 hari
b. Fase
fibroblastik, fase yang terjadi 4-20 hari pasca luka bakar dan terjadi
pembentukan kalogen.
c. Fase
maturasi adalah fase yang terjadi 8 bulan sampai satu tahun pasca luka baka,
dan terjadi pembentukan jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lembut tanpa
rasa nyeri dan gatal
2. Infeksi
Luka
bakar sering mengakibatkan infeksi dan berakhir dengan sepsis untuk perawat
dituntut untuk mampu mengidentifikasi sedini mungkin tanda dan gejala infeksi.
3. Penanganan
luka bakar
a. Pendinginan
Luka Bakar
Sifat
kulit adalah sebagai penyimpan panas yang baik , maka pasien yang mengalami
luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energi panas sampai beberapa menit
setelah terjadinya trauma panas, oleh karena itu tindakan pendinginan luka
perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada luka bakar lebih dalam.
b. Debridemen
Bertujuan
untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosisi atau bahan lain yang menempel
pada luka tindakan ini dilakukan pada saat pearwatn luka, penggantian balutan
atau pada saat tindakan pembedahan, penting untuk mencegah terjadinya
infeksi.
c. Tindakan
Pembedahan
Pada
luka bakar jaringan parut yang terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh
darah sehingga memerlukan tindakan ekstraktomi. Ekstraktomi merupakan tindakan
pembedahan utama untuk mencegah perfusi jaringan yang tidak adekuat karena
adanya eschar yang menekan vaskuler.
d. Terapi
Isolasi Dan Manipulasi Lingkungan
Luka
bakar menekan imuno supresi untuk itu penanganan pada pasien luka bakar
kesalahan-kesalahan yang bisa mengakibatkan keadaan pasien lebih parah harus di
minimalisir guna mencegah komplikasi lanjut.
Daftar Pustaka
Grace, Pierce A. & Borley, Neil
R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
kapita selekta edisi 3 jilid 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar