Jumat, 01 Juni 2012

COMBUSTIO

COMBUSTIO

1. DEFINISI

Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.(id.wikipedia.org)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

2. KLASIFIKASI LUAS DAN DERAJAT COMBUSTIO

1. Luas luka bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of Nine” yaitu dengan tubuh dianggap 9% yang terjadi antara:
a.    Kepala dan leher                                            : 9 %
b.    Dada dan perut                                              : 18 %
c.    Punggung hingga pantat                                : 18 %
d.   Anggota gerak atas masing-masing               : 9 %
e.    Anggota gerak bawah masing-masing           : 18 %
f.     Perineum                                                        : 1 %
2.    Derajat luka bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4 yaitu:
a.    Grade I
-      Jaringan yang rusak hanya epidermis
-      Klinis adanya nyeri, warna kemerahan, kulit kering
-      Test jarum ada hiperalgesia
-      Lama sembuh ± 7 hari
-      Hasil kulit menjadi normal
b.    Grade II
1)  Grade II a
-       Jaringan yang rusak sebagian  dermis, folikel, rambut, dan kelenjar keringat utuh
-       Rasa nyeri warna merah pada lesi
-       Adanya cairan pada bula
-       Waktu sembuh ± 7 – 14 hari
2)  Grade II b
-       Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringat yang utuh
-       Eritema, kadang ada sikatrik
-       Waktu sembuh  ± 14 - 20 hari
c.    Grade III
-       Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis
-       Kulit kering, kaku, terlihat gosong
-       Terasa nyeri karena ujung saraf rusak
-       Waktu sembuh > 21 hari
d.   Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang 


3.    Pengelolaan luka bakar
a.    Luka bakar ringan
-       Luka bakar grade I dan II luasnya < 15 % pada orang dewasa
-       Luka bakar grade I dan II luasnya < 10 % pada anak
-       Luka bakar grade III luasnya < 2 %
b.    Luka bakar sedang
-       Luka bakar grade II luasnya 15 – 25 % pada orang dewasa
-       Luka bakar grade II luasnya 10 – 20 % pada anak
-       Luka bakar grade II luasnya < 10 %
c.    Luka bakar berat
-       Luka bakar grade II luasnya > 25 % pada orang dewasa
-       Luka bakar grade II luasnya > 20 % pada anak
-       Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %
-       Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia, serta persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan  komplikasi berat dan menderita DM.
3. ETIOLOGI

1.    Trauma suhu yang berasal dari sumber panas yang kering (api, logam panas) atau lembab (cairan atau gas panas).
2.    Listrik (luka dalam pada daerah luka bakar masuk dan keluar, dapat menyebabkan henti jantung).
3.    Kimia (biasanya terjadi dalam kecelakaan industry akibat trauma asam atau basa).
4.    Radiasi (awalnya dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut ke trauma yang lebih dalam).

4. PATOFISIOLOGI

Kulit dengan luka bakar akan mengalmi kerusakan pada dermis, epidermis, maupun jaringan subkutan. Tergantung dari faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan panas, dalamnya luka bakar akan mempengaruhi dan terjadi kerusakan integeritas kulit dalam kematian sel. Luka bakar tidak hanya mengakibatkan kerusakan kulit tapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Seluruh tubuh meenujukan reaksi perubahan fisiologis sebagai respon konpensasi terhadap luka bakar, dan pada pasien dengan luka bakar mayor tubuh tidak mampu lagi untuk mengkonpensasi sehingga timbul berbagi macam konplikasi.
Respon kardio vaskuler perpindahan cairan dari intar vaskuler ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air, protein dan edema jaringan yang diikuti denagn penurunan curah jantung hemo konsentari sel darah merah, penurunan perpusi pada organ mayor, edema menteluruh, respon renalis. Dengan menurunnya volume intara vaskuler maka aliran palsma keginjal akan menurun yang mengakibatkan keluaran urin. Jika resusitasi kebutuhan cairan untuk intara vaskuler tidak adekuat atau resusitasi cairan terlambat diberikan, maka akan mengakibatkan terjadinya gagal ginjal, respon gastro intestinal. Respon umum yang biasa terjadi pada pasin luka bakar > 20 % penurunan aktivitas gastro intestinal, hal ini disebabkan oleh efek kombinasi hipopolemik dan nerologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas. Respon imunologi, dibedakan dalam dua kategori yaitu respon barier mekanik dan respon imun seluler. Sebagi barier mekanik kulit berfungsi sebagia pertahanan diri yang pentng dari organisme yang mungkin merusak, terjadinya integritas kulitakan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.

5. PATWAYS


6. MANIFESTASI KLINIS

1.    Umum
a.    Nyeri
b.    Pembengkakan dan lepuhan
2.    Khusus
a.    Bukti adanya inhalasi asap (jelaga pada hidung atau sputum, luka bakar dalam mulut, suara serak).
b.    Luka bakar pada mata atau alis (membutuhkan pemeriksaan oftalmologi sejak awal).
c.    Luka bakar sirkumferensial (akan membutuhkan eskarotomi).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.    LED : mengkaji hemokonsentrasi
2.    Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peniingkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapan menyebabkan henti jantung.
3.    Gas gas darah arteri (GDA) dan Sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
4.    BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
5.    Urinalisis menunjukan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6.    Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
7.    Koagulasi memeriksa factor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar massif
8.    Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap

8. KOMPLIKASI


1.    Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas         iskemia ekstremitas, luka bakar toraks         hipoksia dari gagal nafas restriktif) (cegah dengan eskarotomi segera).
2.    Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas)
3.    Gagal ginjal akut
4.    Infeksi (waspadai Streptococcus)
5.    Ulkus akibat stress
6.    Hipertropi jaringan parut, merupakan komplikasi kulit yang biasanya dialami pasien yang luak bakar yang sulit dicegah akan teatpi masih bisa diatasi denagn tindakan tertentu. Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh paktor berikut, kedalaman luka bakar, sifat kulit, usia pasien, lamanya waktu penutupan kulit, penanduran kulit. Jaringan parut terbentuk pada 6 bulan post luka bakar dengan warna merah dan menimbulkan gatal, 12-18 post luka bakar warna kulit coklat dan teraba keras, jaringan parut mengalami tahap maturasi dengan warna kulit merah muda dan teraba lembut
7.    Kontraktur adalah komplikasi yang mengganggu fungsi pergerakan. Pemberian posisi yang baik dan benar, ambulasi dan presure garment merupakan cara yang dapat mengurangi resiko kontraktur.

9. PENATALAKSANAAN


1.    Penyembuhan luka
a.    Fase implamasi adalah fase yang terjadi 3-4 hari
b.    Fase fibroblastik, fase yang terjadi 4-20 hari pasca luka bakar dan terjadi pembentukan kalogen.
c.    Fase maturasi adalah fase yang terjadi 8 bulan sampai satu tahun pasca luka baka, dan terjadi pembentukan jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lembut tanpa rasa nyeri dan gatal
2.    Infeksi
Luka bakar sering mengakibatkan infeksi dan berakhir dengan sepsis untuk perawat dituntut untuk mampu mengidentifikasi sedini mungkin tanda dan gejala infeksi.
3.    Penanganan luka bakar
a.    Pendinginan Luka Bakar
Sifat kulit adalah sebagai penyimpan panas yang baik , maka pasien yang mengalami luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energi panas sampai beberapa menit setelah terjadinya trauma panas, oleh karena itu tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien berada pada luka bakar  lebih dalam.
b.    Debridemen
Bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosisi atau bahan lain yang menempel pada luka tindakan ini dilakukan pada saat pearwatn luka, penggantian balutan atau pada saat tindakan pembedahan, penting untuk mencegah terjadinya infeksi. 
c.    Tindakan Pembedahan
Pada luka bakar jaringan parut yang terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga memerlukan tindakan ekstraktomi. Ekstraktomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk mencegah perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar yang menekan vaskuler.
d.   Terapi Isolasi Dan Manipulasi Lingkungan
Luka bakar menekan imuno supresi untuk itu penanganan pada pasien luka bakar kesalahan-kesalahan yang bisa mengakibatkan keadaan pasien lebih parah harus di minimalisir guna mencegah komplikasi lanjut.
            
Daftar Pustaka 
Grace, Pierce A. & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
kapita selekta edisi 3 jilid 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar